SSindonesia Jakarta, 18 Januari 2024 – Peringatan 17 tahun Aksi Kamisan di depan Istana Negara menjadi momentum penting yang mencerminkan perjuangan panjang para aktivis, korban, dan keluarga korban pelanggaran HAM. Dimulai pada 1 Januari 2007, aksi ini telah digelar sebanyak 800 kali, menjadi simbol keberanian dalam menentang pelanggaran HAM berat.
Dengan tema “Orang Silih Berganti, Aksi Kamisan Tetap Berdiri,” ribuan orang berkumpul dengan semangat yang tidak pudar, meski hujan turun dengan lebat. Tokoh masyarakat sipil, termasuk Faisal Basri, Usman Hamid, Pematung Ibu Dolorosa, Wahyu Susilo, Haris Azhar, dan Petrus Hariyanto, ikut hadir memberikan dukungan.
Suciwati, istri almarhum Munir, mengekspresikan keprihatinannya terkait pencalonan penjahat HAM dalam Pilpres 2024. Dengan tegas, Suciwati menolak pandangan bahwa aksi ini hanya dilakukan setiap lima tahun. “Setiap Kamis kita berdiri di sini. Kita bicara soal kasus penculikan, tapi di sana masih ada yang budeg,” ucap Suciwati.
Suciwati mengkritik pencalonan penjahat HAM sebagai presiden, menyebutnya memalukan dan merendahkan martabat bangsa. Dia menegaskan pentingnya menjaga keadilan dan menolak normalisasi kejahatan.
Aksi Kamisan juga menjadi wadah untuk menolak pemutarbalikan fakta dan upaya untuk menghapus sejarah kasus penculikan. Ibu Sumarsih menjelaskan bahwa aksi ini adalah cara mereka untuk membongkar kejahatan, mencari keadilan, melawan lupa, dan menentang impunitas.
Ibu dari Wawan korban Tragedi Semanggi 1, menambahkan bahwa Aksi Kamisan memberikan dampak positif dengan merangsang pembentukan tim penyelesaian kasus pelanggaran HAM. Meski terkadang pemerintah tidak memenuhi janjinya, kelanjutan Aksi Kamisan tetap menjadi tonggak dalam perjuangan untuk keadilan dan kebenaran.
Sumber : Aneka fakta.com dilaporkan oleh D. Wahyudi